Jumat, 29 Agustus 2014

Ganteng Ganteng Pengedar



Pagi itu, suasana yang sibuk di kantor Polres Sekupang. Tampak Aiptu Arya yang memegang map merah berjalan dengan terburu-buru. Tugas lagi, pasti lebih berat dari yang sebelumnya. Mungkin itu yang ingin dia sampaikan melalui raut wajahnya. Aiptu Arya mengamati kumpulan kertas-keras itu dengan cermat. “TUGAS : PENYAMARAN. OBJEK PENYELIDIKAN : PENGEDAR NARKOBA DI SEKOLAH-SEKOLAH KECAMATAN SEKUPANG.” . Menyamar lagi? Batin Aiptu Arya. Aiptu Arya memang dikenal sebagai spesialis penyamaran. Ratusan kasus, mulai yang dari besar sampai ke yang kecil bisa diselesaikan pihak kepolisian berkat penyamaran Aiptu Arya. Bakat yang ia miliki sudah ditunjukkan sewaktu masih di Akademi Kepolisian. Baru beberapa bulan berdinas di Polres Sekupang, ia sudah menjadi seorang Ajun Inspektur Polisi Satu. “Hmmm… baiklah. Tempat penyelidikan pertama di Sekolah Cendrawasih.” Kata Aiptu Arya ke dirinya sendiri. Sekolah Cendrawasih memang terkenal sebagai sekolah yang sangat buruk reputasinya. Mulai dari tawuran, perkelahian antara guru dan murid, sampai anggota geng motor yang bersekolah disini. Bahkan akreditasinya C.

Pagi-pagi sekali, Aiptu Arya sudah sampai di SMA Cendrawasih. Ia menyamar sebagai Kevin, anak yang di drop out dari SMA Negeri 1 dan pindah kesini. Baru saja ia memasuki pintu gerbang, sebuah anak hampir menyerempetnya dengan motornya. “Woii…!! Kalo jalan pake mata, jangan pake paha!” teriaknya. Kevin hampir saja tersulut emosinya. Namun, ia segera mengingatkan dirinya bahwa ia sedang bertugas. Dia masuk ke kelas XI IPS 7. Kevin yang masuk ke kelas tersebut langsung disambut dengan tawaan dan candaan dari penduduk kelas itu. “ Woii…. Ada anak baru woii…!” sorakan anak- anak nakal tersebut. Ada satu bangku kosong. Ternyata disebelahnya duduk anak yang hampirnya menyerempetnya tadi. “ Woi, ko tadi yang jalannya sembarangan itu kan? Duduk sini sama gue.”. Kevin hanya bisa menurut.
Jam sudah menunjukkan jam 10 pagi, tapi tidak ada satupun guru yang masuk kedalam kelas XI IPS 7. Suasana kelas dari awal masuk sampai jam ini masih riuh. Kevin membolak-balik bukunya dengan tatapan kosong. Tiba-tiba ia dicolek oleh anak disebelahnya. “Nama ko siapa? Kenalin gue Ricky, cowok terganteng di sekolah ini.” Ternyata namanya Ricky. Kevin berkata, “Namaku Kevin.”. “Oh, Kevin. Dari man aloe?” tanyanya dengan gaya preman. “Dari SMAN 1.” Jawab Kevin. Ricky diam sejenak. Mungkin bertanya-tanya mengapa anak yang sudah mendapatkan sekolah bagus mau pindah ke pasar basah begini? “Aku pindah kesini, karena orang tuaku bercerai. Aku pengen mendapatkan kebebasan.” Kata Kevin yang sepertinya bisa membaca pikiran Ricky. “Oh… ya udah nanti loe ikut gue ke kantin pas istirahat.” Ajaknya. 

Saat istirahat, Kevin makan bersama Ricky. Ricky pun mengenalkan sahabatnya, seorang cewek manis bernama Vina. “ Kalian pacaran ya?” selidik Kevin. “Pacaran? Nggaklah temen doang.” Ucap Vina. Ricky hanya bisa tertawa kecil mendengar jawaban Vina. “Kevin, nanti loe pulang naik apa?” Tanya Vina. “Aku jalan kaki, soalnya rumahku dekat.” Jawab Kevin. “Nanti jangan pulang dulu loe, bareng gua perginya naik motor.” Kata Ricky. Kevin mengangguk tanda setuju. Saat hendak berjalan kearah gerbang, Ricky tiba-tiba menarik tangan Kevin menuju tempat yang sepi. “ Loe mau ‘Permen’ gak?” Tanya Ricky. “Maulah, mana?” Tanya Kevin sembari memberikan tangannya. Ricky memberikan plastic yang berisi tepung berwarna putih ke tangan Kevin. Kevin yang tampak curiga langsung mencium barang tersebut. “Ini heroin!” batin Kevin. “Darimana kau dapat ini?” Tanya Kevin kepada Ricky. “Ah… loe gak perlu tau. Mau gak?” kata Ricky. Kevin mengeluarkan dompetnya. “ Gak usah bayar. Loe baru pertama kali, jadi gratis dulu.” Kata Ricky.
Sepulang dari sekolah, Kevin alias Aiptu Arya menyerahkan barang tersebut ke Divisi Narkotika. Ternyata heroin ini buatan salah satu pabrik narkoba terbesar di Malaysia. Kevin yang mendengar laporan tersebut merasa gembira. “ Ini ikan kakap yang harus ditangkap!” batinnya lagi.
Selama beberapa bulan ini, Kevin menjadi semakin dekat dengan Ricky. Mulai dari jalan bersama, makan bersama, hingga mengonsumsi barang haram bersama di tempat pertama Kevin menerima heroin. Ricky mulai merasa bahwa Kevin bisa ia percayai. Ia mulai memberitahukan bagaimana cara kerjanya, dengan siapa ia bekerja, dan siapa saja pelanggannya. Kevin yang mendapat informasi tersebut dari Ricky, seperti menemukan sungai jernih yang airnya tak habis-habis untuk diminum. Ia melaporkan semuanya kepada atasannya. Berkat informasi dari Kevin, sedikit-demi sedikit orang yang bekerja dan yang menjadi pelanggan Ricky mulai berkurang. Hal ini membuat Ricky tampak murung saat di sekolah. “Kenapa, Bro? Pusing?” canda Kevin. “ Ahh.. nggak, lagi bingung aja.” Kata Ricky. “Bingung kenapa, Ky?” Tanya Kevin. Ricky menceritakan bahwa teman-temannya satu-persatu ditangkap oleh polisi. Bahkan pemasok barang haram tersebut juga ikut dibui. Ricky yang biasanya menerima kiriman barang tersebut 4 kali seminggu, kini hanya bisa menerima sekali dalam dua minggu. Hal ini menjadi keresahan bagi Ricky. “ Yang ngirim sekali dua minggu itu siapa?” Tanya Kevin. “ Ada, si kawan dari Natuna barangnya dikirim dari sana. Dua minggu baru sampai kesini. Lewat jalur laut dengan kapal pompong.” Bocor Ricky. Kevin hanya bisa nyengir.
Saat istirahat, Kevin menjauhkan dirinya dari orang-orang dan mengambil telepon selularnya. Menurut Ricky, jadwal pengirimannya hari ini. Hal ini harus segara disampaikan kepada atasannya. “Iya, Pak. Katanya barang itu tiba di pelabuhan Nongsa jam 4 sore ini. Benar, Pak. Kata Ricky orang yang sedang saya buntuti ini.” Kata Aiptu Arya di telepon. Tanpa disadari oelah Kevin alias Aiptu Arya, Vina menguping apa yang disampaikan oleh Kevin. Sebagai sahabat Ricky, ia memang tahu bahwa Ricky adalah seorang pengedar. Namun rasa sayangnya kepada Ricky seperti menutupi itu semua. “Aku harus kasih tahu Ricky!” batin Vina. Segera Vina menghampiri Ricky yang sedang tidur-tiduran di kelas XI IPS 7. “Ky…  bangun,Ky…” Vina mencoba membangunkan Ricky. “Apasih Vina ganggu aja! Kenapa ribut-ribut? “ ujar Ricky. “Aku curiga sama Kevin, Ky. Tadi dia menelepon sambil menyebut namamu.” Kata Vina. “Cuma itu doang? Biarin aja mungkin dia mau ngenalin temannya sama aku.” Kata Ricky. “Lagi ngomongin apa nih?” kata Kevin yang tiba-tiba menghampiri mereka. Vina langsung menghindar dari Kevin. Ia hanya bisa tampak kesal karena Ricky lebih percaya Kevin daripada dirinya. “Eh.. Kevin. Sini gue mau ngomong sama loe.” Sambut Ricky. “Kenapa si Vina?” Tanya Kevin. “Tahu tuh. Eh loe mau gak nanti sore temenin gue.” Ucap Ricky. Kevin bertanya, “Emangnya loe mau kemana?”. “Habis ngambil barang, kita ketemuan sama Iwan, pelanggan setia gua.”. Kevin bertanya lagi, “Kok mesti gua yang nemenin loe? Kenapa gak ngajak Vina?”. Kevin menjawab, “Dia lagi gak jelas gitu. Ya udah, loe maukan. Biar sekalian loe tahu gimana caranya jadi pengedar. Sekalian gua kenalin sama si Iwan biar loe paham sama dunia yang udah menambah berat kantung gua selama beberapa bulan ini.” Kevin mengangguk tanda setuju.
Setelah mengambil barang haram dari Nongsa, Kevin dan Ricky bertemu dengan Iwan di tempat rahasia mereka. Transaksi berlangsung dengan cepat. Ricky tampak senang walaupun akhir-akhir ini pesanannya berkurang, namun ia mendapatkan keuntungan besar dari Iwan. “Makasih, ya Wan. Loe masih percaya sama gue.” Ujar Ricky. Iwan berkata, “No problem, Bro! barang loe bagus-bagus!” .  Ricky berkata lagi, “Oh iya, ini kenalin temen gua, si Kevin anak baru.”. Kevin yang hendak menyalam Iwan tampak terkejut. Dia merasa pernah melihat Iwan akhir-akhir ini. Iwan yang sepertinya tampak kaget juga, terlihat canggung.
Sebulan semenjak peristiwa tersebut, Ricky tampak semangat pada hari ini. Ia bercerita kepada Kevin, bahwa Iwan kembali beberapa barang haram tersebut darinya. “Kali ini gue bakal untung besar, Vin. Iwan mau beli barang gua 5 gram. Bayangin 5 gram! 5 juta udah ada di kantong gue, hahaha…” kata Ricky. Kevin bertanya, “nanti mau ketemuan dimana?” Jawab Ricky, “Ya, tempat biasalah! Nanti Vina nyusul belakangan.” Ujarnya lagi.
Setelah sampai di tempat biasa mereka melakukan transaksi, ternyata Iwan belum datang. Ricky dan Kevin menunggu sambil mengobrol. “Loe kenapa mau jadi pengedar sih?” Tanya Kevin kepada Ricky. “Awalnya gua gak mau, tapi setelah orang tua bercerai makanya gua langsung jadi pengedar. Hitung-hitung nambah uang jajan.” Jawab Ricky. Dan akhirnya yang ditunggu pun tiba. Iwan datang dengan langkah yang cepat. Ricky langsung berdiri untuk menyambut Iwan. “Wan, loe kok lama datangnya?” Tanya Ricky dengan gaya premannya yang santai. Tiba-tiba Iwan mengarahkan tinjunya ke arah kepala Ricky dan merobohkannya seketika. Ricky tiba-tiba terkejut. “Loe kok mukul gua, Wan? Apa salah gua? Ucap Ricky. “Nama saya Bripda Budi. Divisi Narkotika Polda Kepri. Atas pelanggaran saudara terhadap hokum, anda saya tangkap.” Ujar Iwan yang ternyata dadlah seorang polisi. “Oh loe polisi! Beraninya loe nipu gue!!” teriak Ricky yang dibarengi dengan pukulan ke wajah Iwan. Selama beberapa menit mereka berkelahi dengan sengit, sementara Kevin mengamati mereka dengan tenang. Akhirnya Iwan berhasil menjatuhkan Ricky. Ricky yang tidak berdaya langsung meminta bantuan Kevin. “ Vin, bantuin gue! Kita bunuh orang brengsek ini!!” ujar Ricky yang tampak marah. Namun bukannya menolong Ricky, Kevin malah mengambil kedua tangan Ricky dan mengikatnya. Ricky tampak bingung dengan Kevin. “ Woi, bukan gue yang elo tangkap! Tapi si Iwan!” kata Ricky. Kevin dengan santai menjawab, “Apa yang saudara katakan mulai dari sekarang akan dipertimbangkan sebagai alat bukti dalam persidangan.”. Ricky memandang Kevin dengan keheranan. “Perkenalkan, Aiptu Arya Divisi Intelejen Polres Sekupang.” Kevin menjawab keheranan Ricky sekaligus membongkar penyamarannya. Kemudian Iwan membantu Kevin mengangkat Ricky untuk dibawa ke kantor polisi.

Saat melewati gerbang, mereka di hadang oleh Vina. “Loe kenapa buat Ricky jadi begini?” Tanya Vina. Kemudian Aiptu Arya mendekati Vina dan menjelaskan semuanya. Setelah dibujuk oleh Aiptu Arya, Vina bersedia menjadi saksi dan ikut ke kantor polisi. Beberapa bulan kemudian, Aiptu Arya alias Kevin dan Bripda Budi alias Iwan diberi penghargaan kenaikan pangkat satu tingkat. Karena berkat jasa mereka sekolah-sekolah di Sekupang tidak lagi memiliki pengedar narkoba seperti Ricky. Serta berkat mereka tingkat pengguna narkoba di daerah Sekupang semakin menurun.





-------------------------------------------------SEKIAN----------------------------------------------------