Pagi itu, suasana yang sibuk di
kantor Polres Sekupang. Tampak Aiptu Arya yang memegang map merah berjalan
dengan terburu-buru. Tugas lagi, pasti lebih berat dari yang sebelumnya.
Mungkin itu yang ingin dia sampaikan melalui raut wajahnya. Aiptu Arya
mengamati kumpulan kertas-keras itu dengan cermat. “TUGAS : PENYAMARAN. OBJEK
PENYELIDIKAN : PENGEDAR NARKOBA DI SEKOLAH-SEKOLAH KECAMATAN SEKUPANG.” .
Menyamar lagi? Batin Aiptu Arya. Aiptu Arya memang dikenal sebagai spesialis
penyamaran. Ratusan kasus, mulai yang dari besar sampai ke yang kecil bisa
diselesaikan pihak kepolisian berkat penyamaran Aiptu Arya. Bakat yang ia
miliki sudah ditunjukkan sewaktu masih di Akademi Kepolisian. Baru beberapa
bulan berdinas di Polres Sekupang, ia sudah menjadi seorang Ajun Inspektur
Polisi Satu. “Hmmm… baiklah. Tempat penyelidikan pertama di Sekolah
Cendrawasih.” Kata Aiptu Arya ke dirinya sendiri. Sekolah Cendrawasih memang
terkenal sebagai sekolah yang sangat buruk reputasinya. Mulai dari tawuran,
perkelahian antara guru dan murid, sampai anggota geng motor yang bersekolah
disini. Bahkan akreditasinya C.
Pagi-pagi sekali, Aiptu Arya sudah
sampai di SMA Cendrawasih. Ia menyamar sebagai Kevin, anak yang di drop out dari SMA Negeri 1 dan pindah
kesini. Baru saja ia memasuki pintu gerbang, sebuah anak hampir menyerempetnya
dengan motornya. “Woii…!! Kalo jalan pake mata, jangan pake paha!” teriaknya.
Kevin hampir saja tersulut emosinya. Namun, ia segera mengingatkan dirinya
bahwa ia sedang bertugas. Dia masuk ke kelas XI IPS 7. Kevin yang masuk ke
kelas tersebut langsung disambut dengan tawaan dan candaan dari penduduk kelas
itu. “ Woii…. Ada anak baru woii…!” sorakan anak- anak nakal tersebut. Ada satu
bangku kosong. Ternyata disebelahnya duduk anak yang hampirnya menyerempetnya
tadi. “ Woi, ko tadi yang jalannya sembarangan itu kan? Duduk sini sama gue.”.
Kevin hanya bisa menurut.
Jam sudah menunjukkan jam 10 pagi,
tapi tidak ada satupun guru yang masuk kedalam kelas XI IPS 7. Suasana kelas
dari awal masuk sampai jam ini masih riuh. Kevin membolak-balik bukunya dengan
tatapan kosong. Tiba-tiba ia dicolek oleh anak disebelahnya. “Nama ko siapa? Kenalin
gue Ricky, cowok terganteng di sekolah ini.” Ternyata namanya Ricky. Kevin berkata,
“Namaku Kevin.”. “Oh, Kevin. Dari man aloe?” tanyanya dengan gaya preman. “Dari
SMAN 1.” Jawab Kevin. Ricky diam sejenak. Mungkin bertanya-tanya mengapa anak
yang sudah mendapatkan sekolah bagus mau pindah ke pasar basah begini? “Aku
pindah kesini, karena orang tuaku bercerai. Aku pengen mendapatkan kebebasan.”
Kata Kevin yang sepertinya bisa membaca pikiran Ricky. “Oh… ya udah nanti loe
ikut gue ke kantin pas istirahat.” Ajaknya.
Saat istirahat, Kevin makan bersama
Ricky. Ricky pun mengenalkan sahabatnya, seorang cewek manis bernama Vina. “
Kalian pacaran ya?” selidik Kevin. “Pacaran? Nggaklah temen doang.” Ucap Vina.
Ricky hanya bisa tertawa kecil mendengar jawaban Vina. “Kevin, nanti loe pulang
naik apa?” Tanya Vina. “Aku jalan kaki, soalnya rumahku dekat.” Jawab Kevin.
“Nanti jangan pulang dulu loe, bareng gua perginya naik motor.” Kata Ricky.
Kevin mengangguk tanda setuju. Saat hendak berjalan kearah gerbang, Ricky
tiba-tiba menarik tangan Kevin menuju tempat yang sepi. “ Loe mau ‘Permen’
gak?” Tanya Ricky. “Maulah, mana?” Tanya Kevin sembari memberikan tangannya.
Ricky memberikan plastic yang berisi tepung berwarna putih ke tangan Kevin.
Kevin yang tampak curiga langsung mencium barang tersebut. “Ini heroin!” batin
Kevin. “Darimana kau dapat ini?” Tanya Kevin kepada Ricky. “Ah… loe gak perlu
tau. Mau gak?” kata Ricky. Kevin mengeluarkan dompetnya. “ Gak usah bayar. Loe
baru pertama kali, jadi gratis dulu.” Kata Ricky.
Sepulang dari sekolah, Kevin alias
Aiptu Arya menyerahkan barang tersebut ke Divisi Narkotika. Ternyata heroin ini
buatan salah satu pabrik narkoba terbesar di Malaysia. Kevin yang mendengar
laporan tersebut merasa gembira. “ Ini ikan kakap yang harus ditangkap!”
batinnya lagi.
Selama beberapa bulan ini, Kevin
menjadi semakin dekat dengan Ricky. Mulai dari jalan bersama, makan bersama,
hingga mengonsumsi barang haram bersama di tempat pertama Kevin menerima
heroin. Ricky mulai merasa bahwa Kevin bisa ia percayai. Ia mulai
memberitahukan bagaimana cara kerjanya, dengan siapa ia bekerja, dan siapa saja
pelanggannya. Kevin yang mendapat informasi tersebut dari Ricky, seperti
menemukan sungai jernih yang airnya tak habis-habis untuk diminum. Ia
melaporkan semuanya kepada atasannya. Berkat informasi dari Kevin, sedikit-demi
sedikit orang yang bekerja dan yang menjadi pelanggan Ricky mulai berkurang.
Hal ini membuat Ricky tampak murung saat di sekolah. “Kenapa, Bro? Pusing?”
canda Kevin. “ Ahh.. nggak, lagi bingung aja.” Kata Ricky. “Bingung kenapa,
Ky?” Tanya Kevin. Ricky menceritakan bahwa teman-temannya satu-persatu
ditangkap oleh polisi. Bahkan pemasok barang haram tersebut juga ikut dibui.
Ricky yang biasanya menerima kiriman barang tersebut 4 kali seminggu, kini
hanya bisa menerima sekali dalam dua minggu. Hal ini menjadi keresahan bagi
Ricky. “ Yang ngirim sekali dua minggu itu siapa?” Tanya Kevin. “ Ada, si kawan
dari Natuna barangnya dikirim dari sana. Dua minggu baru sampai kesini. Lewat
jalur laut dengan kapal pompong.” Bocor Ricky. Kevin hanya bisa nyengir.
Saat istirahat, Kevin menjauhkan
dirinya dari orang-orang dan mengambil telepon selularnya. Menurut Ricky,
jadwal pengirimannya hari ini. Hal ini harus segara disampaikan kepada
atasannya. “Iya, Pak. Katanya barang itu tiba di pelabuhan Nongsa jam 4 sore
ini. Benar, Pak. Kata Ricky orang yang sedang saya buntuti ini.” Kata Aiptu
Arya di telepon. Tanpa disadari oelah Kevin alias Aiptu Arya, Vina menguping
apa yang disampaikan oleh Kevin. Sebagai sahabat Ricky, ia memang tahu bahwa
Ricky adalah seorang pengedar. Namun rasa sayangnya kepada Ricky seperti
menutupi itu semua. “Aku harus kasih tahu Ricky!” batin Vina. Segera Vina
menghampiri Ricky yang sedang tidur-tiduran di kelas XI IPS 7. “Ky… bangun,Ky…” Vina mencoba membangunkan Ricky.
“Apasih Vina ganggu aja! Kenapa ribut-ribut? “ ujar Ricky. “Aku curiga sama
Kevin, Ky. Tadi dia menelepon sambil menyebut namamu.” Kata Vina. “Cuma itu
doang? Biarin aja mungkin dia mau ngenalin temannya sama aku.” Kata Ricky.
“Lagi ngomongin apa nih?” kata Kevin yang tiba-tiba menghampiri mereka. Vina
langsung menghindar dari Kevin. Ia hanya bisa tampak kesal karena Ricky lebih
percaya Kevin daripada dirinya. “Eh.. Kevin. Sini gue mau ngomong sama loe.”
Sambut Ricky. “Kenapa si Vina?” Tanya Kevin. “Tahu tuh. Eh loe mau gak nanti
sore temenin gue.” Ucap Ricky. Kevin bertanya, “Emangnya loe mau kemana?”.
“Habis ngambil barang, kita ketemuan sama Iwan, pelanggan setia gua.”. Kevin
bertanya lagi, “Kok mesti gua yang nemenin loe? Kenapa gak ngajak Vina?”. Kevin
menjawab, “Dia lagi gak jelas gitu. Ya udah, loe maukan. Biar sekalian loe tahu
gimana caranya jadi pengedar. Sekalian gua kenalin sama si Iwan biar loe paham
sama dunia yang udah menambah berat kantung gua selama beberapa bulan ini.”
Kevin mengangguk tanda setuju.
Setelah mengambil barang haram dari
Nongsa, Kevin dan Ricky bertemu dengan Iwan di tempat rahasia mereka. Transaksi
berlangsung dengan cepat. Ricky tampak senang walaupun akhir-akhir ini
pesanannya berkurang, namun ia mendapatkan keuntungan besar dari Iwan.
“Makasih, ya Wan. Loe masih percaya sama gue.” Ujar Ricky. Iwan berkata, “No
problem, Bro! barang loe bagus-bagus!” .
Ricky berkata lagi, “Oh iya, ini kenalin temen gua, si Kevin anak
baru.”. Kevin yang hendak menyalam Iwan tampak terkejut. Dia merasa pernah
melihat Iwan akhir-akhir ini. Iwan yang sepertinya tampak kaget juga, terlihat
canggung.
Sebulan semenjak peristiwa
tersebut, Ricky tampak semangat pada hari ini. Ia bercerita kepada Kevin, bahwa
Iwan kembali beberapa barang haram tersebut darinya. “Kali ini gue bakal untung
besar, Vin. Iwan mau beli barang gua 5 gram. Bayangin 5 gram! 5 juta udah ada
di kantong gue, hahaha…” kata Ricky. Kevin bertanya, “nanti mau ketemuan
dimana?” Jawab Ricky, “Ya, tempat biasalah! Nanti Vina nyusul belakangan.”
Ujarnya lagi.
Setelah sampai di tempat biasa
mereka melakukan transaksi, ternyata Iwan belum datang. Ricky dan Kevin
menunggu sambil mengobrol. “Loe kenapa mau jadi pengedar sih?” Tanya Kevin
kepada Ricky. “Awalnya gua gak mau, tapi setelah orang tua bercerai makanya gua
langsung jadi pengedar. Hitung-hitung nambah uang jajan.” Jawab Ricky. Dan
akhirnya yang ditunggu pun tiba. Iwan datang dengan langkah yang cepat. Ricky
langsung berdiri untuk menyambut Iwan. “Wan, loe kok lama datangnya?” Tanya
Ricky dengan gaya premannya yang santai. Tiba-tiba Iwan mengarahkan tinjunya ke
arah kepala Ricky dan merobohkannya seketika. Ricky tiba-tiba terkejut. “Loe
kok mukul gua, Wan? Apa salah gua? Ucap Ricky. “Nama saya Bripda Budi. Divisi
Narkotika Polda Kepri. Atas pelanggaran saudara terhadap hokum, anda saya
tangkap.” Ujar Iwan yang ternyata dadlah seorang polisi. “Oh loe polisi!
Beraninya loe nipu gue!!” teriak Ricky yang dibarengi dengan pukulan ke wajah
Iwan. Selama beberapa menit mereka berkelahi dengan sengit, sementara Kevin
mengamati mereka dengan tenang. Akhirnya Iwan berhasil menjatuhkan Ricky. Ricky
yang tidak berdaya langsung meminta bantuan Kevin. “ Vin, bantuin gue! Kita
bunuh orang brengsek ini!!” ujar Ricky yang tampak marah. Namun bukannya
menolong Ricky, Kevin malah mengambil kedua tangan Ricky dan mengikatnya. Ricky
tampak bingung dengan Kevin. “ Woi, bukan gue yang elo tangkap! Tapi si Iwan!”
kata Ricky. Kevin dengan santai menjawab, “Apa yang saudara katakan mulai dari
sekarang akan dipertimbangkan sebagai alat bukti dalam persidangan.”. Ricky
memandang Kevin dengan keheranan. “Perkenalkan, Aiptu Arya Divisi Intelejen
Polres Sekupang.” Kevin menjawab keheranan Ricky sekaligus membongkar penyamarannya.
Kemudian Iwan membantu Kevin mengangkat Ricky untuk dibawa ke kantor polisi.
Saat melewati gerbang, mereka di
hadang oleh Vina. “Loe kenapa buat Ricky jadi begini?” Tanya Vina. Kemudian
Aiptu Arya mendekati Vina dan menjelaskan semuanya. Setelah dibujuk oleh Aiptu
Arya, Vina bersedia menjadi saksi dan ikut ke kantor polisi. Beberapa bulan
kemudian, Aiptu Arya alias Kevin dan Bripda Budi alias Iwan diberi penghargaan
kenaikan pangkat satu tingkat. Karena berkat jasa mereka sekolah-sekolah di
Sekupang tidak lagi memiliki pengedar narkoba seperti Ricky. Serta berkat
mereka tingkat pengguna narkoba di daerah Sekupang semakin menurun.
-------------------------------------------------SEKIAN----------------------------------------------------